Malam yang dingin ini, tak terasa kini usiaku sudah
menginjak 27 hampir mendekati 28 tahun depan. Walaupun sudah tua, bayangan
untuk menikah memang sudah ada. Bahkan keinginan ini sudah terjadi sejak lama. Barangkali
tuhan belum berkenan secepatnya aku menikah. Sehingga, sampai sekarang ini aku
masih sendiri.
Musim hujan sekarang ini, adakalanya senang dan adakalanya
susah. Dua kenikmatan dalam satu peristiwa memang kerap terjadi. Menyenangkan jika
hujan yang bagiku merupakan nikmat ini turun tidak berlebihan. Jika terlalu
berlebihan, banjir akan terjadi di mana-mana. Rumah saya yang kebetulan bocor
di sana-sini penuh dengan genangan air. Apabila ini terjadi setiap hari dan
durasinya sangat lama, bisa jadi sangat merepotkan.
Sebagai manusia beragama, hujan ini merupakan anugerah
tuhan. Manusia harus mensyukuri dan mensikapi dengan cara bijaksana melalui
hikmah di balik adanya hujan. Melihat hujan dengan cara seperti ini dapat
menghindarkan hati dari prasangka buruk terhadap tuhan.
Kembali pada pokok masalah. Istri bagiku sangat
menyenangkan, walaupun tidak sepenuhnya. Dikala sedang susah, sakit dan sedih,
istri menjadi pendamping menghadapi segala masalah. Dia yang selalu menguatkan
semangat hati untuk tetap kuat menghadapi segala cobaan. Jadi, impian punya istri
sangat begitu kuat dalam diriku sekarang, walaupun aku sendiri juga tak tahu
kapan aku menikah.
Aku belum nikah karena aku masih menganggur. Aku belum punya
penghasilan. Aku masih ragu dengan diriku sendiri, apakah nanti mampu membiayai
anak istri jika menikah?
Sebagai pemuda yang sehat dan masih punya fisik kuat, aku
tetap berusaha keras mencari kerja ke mana-mana. Memang kata banyak orang, cari
kerja sekarang sulit. Walau sudah sarjana, ternyata banyak pula yang jadi pengangguran.
Barangkali salah satunya aku. Anggapan orang banyak itu sangat tidak berlaku
bagiku. Aku sangat benci dengan label pengangguran. Soalnya dalam pikiran
mereka yang ada selalu instan. Jadi setiap lulusan sarjana, wajib langsung
kerja. Emangnya perusahaan nenk moyang lo…..
Keyakinanku terhadap takdir dan ketetapan tuhan akan sebuah
rejeki tak bisa dilawan. Setiap mahluk di muka bumi ini, sudah ada yang jamin
kehidupannya. Tuhan sudah memberi bekal untuk hidup, entah itu ada hewan,
tumbuhan, maupun manusia. Entah jatahnya itu banyak atau sedikit, yang
terpenting bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat itu dengan baik. Tuhan akan
menambah lebih banyak lagi.
Begitulah kiranya aku membiarkan diriku menganggur. Aku sudah
melamar ke mana-mana. Tapi belum juga dapat panggilan dan kerja. Wong memang
belum jatahnya kerja, gimana lagi. Yang penting aku sudah berusaha, tidak
menyalahkan orang lain, tidak menyalahkan diri sendiri, apalagi menyalahkan
tuhan. Yang penting, jika sudah waktunya kerja, aku akan kerja. Bagiku, itu
sudah pasti.
Hal itu terbukti dengan hari ini, rencananya aku disuru
datang ke perusahaan untuk interview jam 3 sore nanti. Ini menjadi pintu awal
terbukanya rejeki yang sudah tuhan janjikan pada hambanya. Semoga hari ini lancar
dan bisa bekerja dengan baik.
Dengan bekerja, aku akan dapat gaji yang bisa aku gunakan
untuk mewujudkan impianku. Impian menikah yang sudah lama ini berkali-kali
hanya jadi lamunan. Dan berkali-kali juga aku tertipu dengan lamunan itu. Jika aku
sudah punya gaji nanti, aku tak ingin tertipu lagi dengan lamunan ini. Aku ingin
mewujudkan impian itu.