Laman

Kamis, 04 Desember 2014

Cerpen: Merajut Asa dalam Kerja

Malam yang dingin ini, tak terasa kini usiaku sudah menginjak 27 hampir mendekati 28 tahun depan. Walaupun sudah tua, bayangan untuk menikah memang sudah ada. Bahkan keinginan ini sudah terjadi sejak lama. Barangkali tuhan belum berkenan secepatnya aku menikah. Sehingga, sampai sekarang ini aku masih sendiri.

Musim hujan sekarang ini, adakalanya senang dan adakalanya susah. Dua kenikmatan dalam satu peristiwa memang kerap terjadi. Menyenangkan jika hujan yang bagiku merupakan nikmat ini turun tidak berlebihan. Jika terlalu berlebihan, banjir akan terjadi di mana-mana. Rumah saya yang kebetulan bocor di sana-sini penuh dengan genangan air. Apabila ini terjadi setiap hari dan durasinya sangat lama, bisa jadi sangat merepotkan.

Sebagai manusia beragama, hujan ini merupakan anugerah tuhan. Manusia harus mensyukuri dan mensikapi dengan cara bijaksana melalui hikmah di balik adanya hujan. Melihat hujan dengan cara seperti ini dapat menghindarkan hati dari prasangka buruk terhadap tuhan.

Kembali pada pokok masalah. Istri bagiku sangat menyenangkan, walaupun tidak sepenuhnya. Dikala sedang susah, sakit dan sedih, istri menjadi pendamping menghadapi segala masalah. Dia yang selalu menguatkan semangat hati untuk tetap kuat menghadapi segala cobaan. Jadi, impian punya istri sangat begitu kuat dalam diriku sekarang, walaupun aku sendiri juga tak tahu kapan aku menikah.

Aku belum nikah karena aku masih menganggur. Aku belum punya penghasilan. Aku masih ragu dengan diriku sendiri, apakah nanti mampu membiayai anak istri jika menikah?

Sebagai pemuda yang sehat dan masih punya fisik kuat, aku tetap berusaha keras mencari kerja ke mana-mana. Memang kata banyak orang, cari kerja sekarang sulit. Walau sudah sarjana, ternyata banyak pula yang jadi pengangguran. Barangkali salah satunya aku. Anggapan orang banyak itu sangat tidak berlaku bagiku. Aku sangat benci dengan label pengangguran. Soalnya dalam pikiran mereka yang ada selalu instan. Jadi setiap lulusan sarjana, wajib langsung kerja. Emangnya perusahaan nenk moyang lo…..

Keyakinanku terhadap takdir dan ketetapan tuhan akan sebuah rejeki tak bisa dilawan. Setiap mahluk di muka bumi ini, sudah ada yang jamin kehidupannya. Tuhan sudah memberi bekal untuk hidup, entah itu ada hewan, tumbuhan, maupun manusia. Entah jatahnya itu banyak atau sedikit, yang terpenting bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat itu dengan baik. Tuhan akan menambah lebih banyak lagi.

Begitulah kiranya aku membiarkan diriku menganggur. Aku sudah melamar ke mana-mana. Tapi belum juga dapat panggilan dan kerja. Wong memang belum jatahnya kerja, gimana lagi. Yang penting aku sudah berusaha, tidak menyalahkan orang lain, tidak menyalahkan diri sendiri, apalagi menyalahkan tuhan. Yang penting, jika sudah waktunya kerja, aku akan kerja. Bagiku, itu sudah pasti.

Hal itu terbukti dengan hari ini, rencananya aku disuru datang ke perusahaan untuk interview jam 3 sore nanti. Ini menjadi pintu awal terbukanya rejeki yang sudah tuhan janjikan pada hambanya. Semoga hari ini lancar dan bisa bekerja dengan baik. 

Dengan bekerja, aku akan dapat gaji yang bisa aku gunakan untuk mewujudkan impianku. Impian menikah yang sudah lama ini berkali-kali hanya jadi lamunan. Dan berkali-kali juga aku tertipu dengan lamunan itu. Jika aku sudah punya gaji nanti, aku tak ingin tertipu lagi dengan lamunan ini. Aku ingin mewujudkan impian itu.